Selamat Pagi
Selamat pagi Surabaya, selamat pagi Terminal Purabaya
Pagi ini begitu berbeda aku rasakan kamu, tidak seperti waktu-waktu dahulu, kenapa?
Nafasmu begitu berat terdengar, seperti menahan geram, kenapa?
Tubuhmu tampak sedikit kusut tidak lagi genit seperti dulu, kenapa?
Geliat tubuhmu terlihat kaku tidak selincah dulu, kenapa?
Apakah karena berjuta kubik Lumpur melumuri tubuhmu sehingga nafasmu berat, sehingga tubuhmu kusut dan geliat tubuhmu kaku?
Apakah karena berjuta kubik sampah menghimpit tubuhmu sehingga nafasmu berat, sehingga tubuhmu kusut dan geliat tubuhmu kaku?
Apakah karena berjuta kubik partikel logam membalut tubuhmu sehingga nafasmu berat, sehingga tubuhmu kusut dan geliat tubuhmu kaku?
Selamat pagi Surabaya, selamat pagi Terminal Purabaya
Pagi ini begitu berbeda aku rasakan kamu, tidak seperti waktu-waktu dahulu, kenapa?
Bahkan untuk menjawab pertanyaankupun kau enggan seperti kau lupakan keakraban kita, kenapa?
Sahabat, pagi ini aku tiba dengan segenap rinduku yang sama seperti dulu
Aku ingin kita bergumul bersama dengan rasa dan jiwa sembari nikmati hangat sang surya dan secangkir kopi seperti dulu
Tapi kenapa kau malah duduk disudut berpeluk lutut?
Sudah hilangkah rindumu padaku wahai sahabat?
Jangan berikan kehampaan pada perjumpaan ini, karena aku yakin matahari akan tetap berikan sinarnya untuk kita mampu mengusir segala himpitan ditubuhmu dan tubuhku
Lalu angin akan menghembuskan sejuk cinta kasih untuk mengusir segala amarah dan dendam di hatimu dan hatiku
Wahai sahabat biarkan luka-luka dan kesedihanmu rasakan dan nikmati, karena dengan itu kau dapat merasakan betapa Agung Sang Maha Welas Asih telah memberimu kesehatan dan kebahagiaan yang mungkin selama ini kau dan aku lupakan.
Terminal Purabaya, 4 November 2006
Hudi DW
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar